Vereinigte Ostindische Compagnie (VOC) - (1602-1799): Pasar Modal Pertama di Dunia
Sejak Vasco Da Gama mempelopori rute
perdagangan dari Eropa ke India pada akhir abad ke-15, hubungan
perdagangan antar bangsa-bangsa di Eropa dengan bangsa-bangsa di Asia
semakin erat. Spanyol dan Portugis yang pertama kali melakukan
perdagangan antar bangsa tersebut tampil sebagai penguasa rute
perdagangan, sekaligus sebagai penguasa tanah jajahan di Asia dengan
semboyan Gold, Glory, dan Gospel. Rempah-rempah yang berasal dari Asia,
terutama lada, menjadi komoditi utama perdagangan pada saat itu. Para
pedagang melakukan perdagangan kontrak berjangka kepada para retailer
yang kemudian mendistribusikannya ke negara-negara Eropa lainnya.
Dengan sistem kontrak berjangka
tersebut membuat para retailer harus menanggung resiko atas pengiriman
dari Asia ke Eropa, seringkali kualitas dan kuantitas yang diterima
oleh para retailer tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di
awal. Pada akhir abad ke-16, para pedagang dari Belanda, sebagai
retailer terbesar rempah-rempah pada saat itu, memutuskan untuk
mengambil alih perdagangan rempah-rempah yang dikuasai oleh Portugis
dan Spanyol. Mereka kemudian bergabung membentuk Brabantse Compagnie,
Rotterdamse Compagnie, dan Compagnie van Verre. Akibat dari keputusan
tersebut, persaingan antara para pedagang-pedagang di Eropa menjadi
semakin ketat. Ketika persaingan antar pedagang memanas, pihak
pemerintah turut campur dengan mempersenjatai armada-armada yang
dikirimkan dalam misi dagang, akibatnya perang antar negara-negara di
Eropa tidak terelakkan lagi. Hasilnya harga rempah-rempah menjadi jatuh.
Penurunan harga rempah-rempah dan
ketidakamanan dalam perdagangan memaksa para pengusaha Belanda untuk
bekerjasama dan bergabung menjadi sebuah perusahaan. Pada tanggal 20
Maret 1602, atas saran Gubernur Jendral Prinz Johann Moritz von Nassau
(1606 - 1679), tiga perusahaan besar di Belanda bergabung membentuk
sebuah perusahaan berskala nasional yang dikenal sebagai "Vereinigte
Ostindische Compagnie" (VOC). Pada mulanya VOC membuka enam kantor
cabang: Amsterdam sebagai kantor pusat perdagangan, Seeland, Delft,
Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen. Setiap cabang menunjuk calon Direksi
hingga berjumlah 75 orang sebagai perwakilan, dari ke-75 calon ini
dipilih 17 orang yang menjadi Direktur Eksekutif perusahaan.
Modal awal yang disertakan dalam
pembentukan perusahaan tersebut adalah sebesar 6.424.588 Guilders,
jumlah yang besar pada saat itu. Kunci sukses VOC dalam penggalangan
modal adalah keputusan yang diambil oleh para pemilik untuk membuka
akses kepemilikan saham kepada publik. Lembaran-lembaran saham tesebut
terjual dengan cepat dengan harga nominal 3000 Guilders, dan dapat
diperjualbelikan. Harga nominal tersebut tidak ditentukan oleh
pemerintah, namun oleh perusahaan independen yang berperan sebagai
reseller dalam memperjualbelikan saham tersebut. Penjualan dan
pembelian sertifikat saham VOC dikelola oleh dua direktur, yang
berpusat di Amsterdam. Oleh karena itu Amsterdam Kontor yang merupakan
kantor pusat VOC dikenal sebagai Pasar Modal pertama di Dunia. Selain
itu, VOC juga menerbitkan sertifikat obligasi dengan jangka waktu 3
sampai dengan 12 bulan untuk menutupi kebutuhan operasinya.
Kerajaan Belanda memberikan
keistimewaan hak-hak kepada VOC dalam melakukan operasinya, seperti:
Hak eksklusif untuk berdagang di Tanjung Harapan, hak untuk
bernegosiasi tanpa mediasi pemerintah pusat, hak untuk mengeluarkan
kontrak dan beraliansi, hak untuk mencetak koin dan mata uang sendiri,
serta hak untuk membangun benteng-benteng, menunjuk gubernur, dan
membentuk pasukan tentara di daerah jajahan Belanda. Dengan pemberian
hak-hak istimewa tersebut, VOC menjadi sebuah "negara dalam negara" dan
memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang sangat besar. Daerah
kekuasaannya meliputi Pulau Jawa, Kepulauan Maluku, Kepulauan Banda,
Ternate, Makasar, Ceylon, dan Tanjung Harapan.
Perusahaan tersebut terus berkembang
walaupun terjadi beberapa kerugian-kerugian kecil yang dikibatkan oleh
pembajakan di Laut Cina Selatan, cuaca buruk, persaingan dengan
pedagang Eropa lainnya, pencurian, dan wabah penyakit yang menyerang
awak armada dagangnya. Sampai pertengahan abad ke-18, VOC berhasil
menjadi perusahaan monopoli terbesar pada waktu itu. Selama beroperasi,
VOC memiliki 150 armada dagang, 40 kapal perang, 20.000 pelaut, 10.000
tentara, dan lebih dari 50.000 penduduk sipil yang dipaksa untuk
bekerja pada perusahaan. Perkembangan tersebut juga mendorong
pertumbuhan harga saham perusahaan. Pada awal mula perdagangannya,
saham VOC telah meningkat 10-15% diatas nilai nominalnya; pada tahun
1622 harganya meningkat 3 kali lipat; dan pada tahun 1721 meningkat
hingga 12 kali lipat.
Kerugian paling besar disebabkan oleh
inefisiensi dan korupsi yang menjalari tubuh perusahaan. Karena
mis-manajemen, VOC terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut pada
tanggal 31 Desember 1799. Pada saat itu nilai sahamnya hanya sebesar
25% dari nilai nominalnya. Pada akhir hayatnya, VOC meninggalkan hutang
hingga 110 juta Guilders yang dibebankan kepada pemerintah Belanda.
Oleh karena itu, saat ini istilah VOC lebih dikenal sebagai kepanjangan
dari Vergann Onder Corruptie yang artinya "hancur karena korupsi".
Pasar Modal di Amerika: Pertumbuhan, Resesi, dan Alih Teknologi
Kebanyakan perdagangan saham dan
sekuritas didominasi oleh perusahaan armada perdagangan dan perdagangan
rempah-rempah pada masa-masa awal berdirinya pasar modal. Seperti yang
telah disebutkan Belanda merupakan tempat berdirinya Pasar Modal
pertama di dunia, lalu diikuti oleh Portugis, Spanyol, Perancis, dan
Inggris. Dengan masuknya bangsa Inggris, yang memiliki armada perang
terkuat di dunia pada saat itu - the British Royal Navy - dalam
percaturan perdagangan rempah-rempah dunia, maka lalu lintas
perdagangan mulai beralih ke Inggris.
Pasar Modal London memulai debutnya
dari pasar terbuka (outdoor market) di jalan Exchange Alley. Di jalan
tersebut para broker melakukan transaksi jual beli saham-saham
perusahaan-perusahaan perkapalan dan perdagangan Inggris. Pada tahun
1725, transaksi mulai beralih dari jalanan ke kedai kopi Jonathon's
Coffee House, perdagangan saham pada saat itu masih bersifat
non-formal, baru setelah sistem perdagangan dibakukan pada tahun 1773,
administrasi perdagangan saham menjadi lebih tertata dan namanya
berubah menjadi The Stock Exchange.
Sistem perdagangan saham dikenalkan di
Amerika oleh pendatang-pendatang dari Inggris di wiayah koloninya. Pada
mulanya perdagangan saham pada koloni Inggris masih terpusat di
London. Namun setelah Revolusi Amerika, dan kelahiran United States of
America, semua hubungan diplomatik maupun perdagangan antar Amerika dan
Inggris terputus, termasuk semua yang terkait dengan pasar finansial
Inggris. Alexander Hamilton, Sekretaris Bendahara (Secretary of the
Treasury) pertama Amerika melihat urgensi pendirian pasar modal yang
independen di Amerika. Berdasarkan pengalamannya mempelajari pasar
modal di Inggris, Hamilton percaya bahwa pasar modal merupakan hal yang
esensial dalam membangun dan menjaga kestabilan ekonomi sebuah negara.
Selama periode jabatannya, 1789 sampai dengan 1795, ia dedikasikan
untuk mempromosikan pembangunan Pasar Modal di Amerika
Atas prakarsa Alexander Hamilton,
saham-saham tiga bank besar di Amerika mulai diperjualbelikan, walaupun
pada saat itu pasar modal belum lagi terbentuk. Saham-saham tersebut
adalah saham the Bank of North America (1781), Bank of New York (1784),
dan the First Bank of the United States (1791). Saham-saham ini
diterbitkan untuk membayar hutang perang revolusi yang ditanggung oleh
the Continental Congress.
Seperti halnya pendahulunya di Inggris,
pasar modal di Amerika dimulai di luar ruangan. Pada tahun 1792, John
Sutton, Benjamin Jay, dan 22 pemimpin finansial menandatangani
kesepakatan pembetukan pasar modal di Amerika. Kesepakatan tersebut
ditandatangani di bawah pohon buttonwood di Castle Garden (sekarang
Battery Park) dan berisi tentang aturan main, regulasi, serta biaya
yang akan dibebankan dalam setiap transaksi. Mereka menamakan
organisasi ini The Stock Exchange Office. Organisasi ini bersifat
eksklusif, hanya orang-orang tertentu yang menonjol dalam komunitas
finansial yang diperkenankan untuk bergabung, dan wanita merupakan kaum
yang termarginalkan dalam organisasi ini.
Perdagangan saham di Amerika kemudian
berkembang dengan pesat, sehingga pasar modal yang menjadi pusat
transaksi menjadi penuh sesak. Pada tahun 1817, para broker saham di
New York membentuk the New York Stock & Exchange Board dan
meindahkan tempat transaksi ke gedung No.40 di Jalan Wallsteet. Pada
tahun 1863, nama organisasi tersebut berubah menjadi the New York Stock
Exchange (NYSE) dan berpindah lagi di pusat transaksinya ke gedung di
persimpangan Jalan Wallstreet dan Broad Street, hingga hari ini NYSE
tetap beroperasi dilokasi tersebut.
Meningkatnya perdagangan saham terjadi
seiring dengan berkembangnya ekonomi Amerika dan bertambahnya jumlah
perusahaan di Amerika. Pada tahun 1800, Amerika hanya memiliki 295
korporasi besar, diman 20 diantaranya diperdagangkan sahamnya di pasar
modal. Pada tahun 1835, perusahaan yang terdaftar di NYSE berkembang
menjadi 121 perusahaan, kebanyakan diantaranya adalah perusahaan kereta
api yang berkembang pesat pada era tersebut. Pada tahun 1869, jumlah
perusahaan yang terdaftar di NYSE bertambah menjadi 145 perusahaan,
jenis industrinya pun bermacam-macam, mulai dari perusahaan asuransi,
baja, perlengkapan pertanian, perkebunan tembakau, dan perusahaan
manufaktur lainnya.
NYSE mengadopsi skala Dow Jones
Industrial Average (DJIA), atau lebih dikenal dengan Indeks Dow Jones.
Nama tersebut diambil dari gabungan Charles Dow dan Edward Jones, dua
reporter yang kemudian mendirikan perusahaan penerbitan Dow Jones &
Company pada tahun 1882. Perusahaan tersebut menerbitkan surat kabar
The Wallstreet Journal yang berfokus kepada isu-isu finansial dan
mengamati dengan seksama pergerakan harga saham yang diperdagangkan di
NYSE. Wallstreet Journal kemudian membentuk sebuah indeks yang terdiri
atas 11 perusahaan kereta api, dan pada tahun 1896 diperluas menjadi
rata-rata industri yang kemudian diadopsi oleh NYSE sebagai indeks
rata-rata saham-saham papan atas.
NYSE bukanlah satu-satunya pasar modal
di kota New York. Pada awal pengembangannya, aturan mengenai
pendaftaran perusahaan pada NYSE sangat ketat, setiap perusahaan
dikenai ongkos sebesar $25 agar bisa terdaftar di NYSE. Banyak pemilik
perusahaan menengah yang hendak mengembangkan usahanya dengan menjual
sebagian kepemilikan sahamnya kepada publik terbentur dengan aturan
yang berlaku. Pada tahun 1842, sebagian broker mencoba memfasilitasi
pasar perusahaan menengah tersebut dengan membentuk the New York Curb
Exchange, yang kemudian berubah menjadi American Exchange (AMEX), namun
hingga kini julukan Curb Market tetap melekat kepada AMEX.Â
Perdagangan saham di Curb Market pada mulanya dilakukan di halaman
gedung tempat NYSE berada. Hal tersebut tetap berlangsung hingga
akhirnya AMEX menempati gedung baru di Trinity Place, New York pada
tahun 1921.
Tahun 1920-an merupakan tahun tahun
keemasan teknologi bagi sejarah Amerika, yang kemudian dikenal sebagai
Roaring Twenties. Berbagai inovasi seperti radio, otomotif,
penerbangan, telefon, dan pembangkit listrik mulai dikembangkan dan
diterapkan secara luas di Amerika. Perusahaan-perusahaan teknologi
seperti Radio Corporation of America (RCA) dan General Motors menjadi
pionir dalam pasar finansial Amerika, tidak ketinggalan perusahaan
finansial yang menangani transaksi perdagangan dan investasi seperti
the Goldman Sachs Trading Corporation turut menjadi motor penggerak
perekonomian di Amerika.
Bank-bank di Amerika mencoba
memanfaatkan hal tersebut dengan memberikan kredit sebanyak-banyaknya
kepada perusahaan-perusahaan tanpa melakukan analisis terhadap
kelayakan usaha. Struktur hutang yang timpang menggandakan resiko
kebangkrutan perusahaan, namun hal tersebut tersamarkan dengan
pertumbuhan ekonomi Amerika yang pesat. Pada tahun 1929, Adolf Miller,
Presiden the Federal Reserve Board, mengeluarkan kebijakan uang ketat
dan menaikkan suku bunga pinjaman secara agresif. Akibatnya banyak
perusahaan yang memiliki struktur hutang yang buruk menjadi kesulitan
dalam membayarkan kewajiban hutangnya. Hal tersebut diperparah dengan
aksi profit taking yang dilakukan oleh para investor di sektor
finansial. Berbagai pencetus tersebut kemudian menyebabkan krisis
ekonomi terburuk yang pernah dialami oleh Amerika dan mengakibatkan
depresi ekonomi yang berkepanjangan.
Hari Selasa, tanggal 29 Oktober 1929,
tercatat sebagai hari terburuk dalam sejarah finansial bangsa Amerika,
yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday. Krisis dimulai pada hari
sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking besar-besaran
yang menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%. Transaksi yang
terlalu besar menyebabkan sistem pita penghitung (the ticker tape
system) menjadi kelebihan beban dan rusak, padahal peranan pita
penghitung tersebut amat vital sebab menjadi satu-satunya sumber
informasi investor tentang harga saham terkini. Investor pun mencoba
mencari informasi melalui telefon dan telegraf yang menyebabkan
kelebihan kapasitas dari kedua jaringan tersebut. Praktis pada hari itu
terjadi kebuntuan informasi yang membawa investor dalam kondisi
kegamangan.
Keesokan harinya terjadi kekacauan di
lantai bursa. Investor yang tidak mengetahui perkembangan informasi
tentang pasar finansial, dan terdorong oleh resiko yang semakin besar
akibat berlakunya sistem margin trading, berbondong-bondong menjual
saham-saham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai saham-saham papan
atas turun hingga lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu Indeks
Dow Jones turun hingga 40%. Amerika Serikat baru bisa keluar sepenuhnya
dari krisis pada tahun 1932 setelah kehilangan sekitar 89% nilai
saham-saham perusahaan publik dari puncak keemasannya.
Dalam rangka mengembalikan kepercayaan
investor pada pasar modal, Kongres Senat Amerika Serikat mengeluarkan
the Securities Act pada tahun 1933, yang mengatur perihal operasional
dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan pada tahun 1934, dibentuk
Securities and Exchange Commission (SEC) yang berfungsi untuk
mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut. SEC terdiri dari lima
orang komisioner yang ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat dan
disahkan oleh senat, Joseph P. Kennedy ditunjuk menjadi ketua komisi
pertama SEC masa bakti 1934-1935. Guna melindungi investor dari aksi
kejahatan finansial, SEC mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar
dalam bursa efek untuk melaporkan keuangan perusahaan yang telah
diaudit, serta mengawasi setiap peralihan kepemilikan
perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
Tahun 1971 menandai babakan baru dalam
sejarah pasar modal. National Association of Securities Dealers (NASD)
memperkenalkan National Association of Securities Dealers Automated
Quotation (NASDAQ) yang sepenuhnya menerapkan prinsip pasar modal
elektronis untuk pertama kalinya. Semua data kepemilikan saham dan
transaksi keuangan dikonversikan menjadi data-data elektronik yang
disimpan dalam satu mainframe computer. Perdagangan saham tidak lagi
dipusatkan dalam satu tempat, namun dapat dilakukan dari mana saja
asalkan terhubung dengan sistem NASDAQ, suatu konsep yang istimewa
mengingat pada saat itu koneksi internet belum lagi ada dan teknologi
tidak secanggih sekarang. Sistem yang demikian dikenal dengan istilah
over-the-counter (OTC). Saham-saham yang diperdagangkan oleh NASDAQ
kebanyakan berupa saham-saham perusahaan teknologi seperti IBM,
Microsoft, Intel, Cisco, dan lain sebagainya, oleh karena itu Indeks
yang dipakai oleh NASDAQ sebagai patokan pergerakan saham-saham yang
tergabung di dalamnya dikenal sebagai Indeks Teknologi NASDAQ. Saat ini
NASDAQ bahkan telah mensponsori global stock market dengan membuka
cabang di berbagai daerah di luar negeri, diantaranya Kanada dan
Jepang, serta berasosiasi dengan pasar modal Hongkong dan Eropa.(2)
http://belajarinvestasi.com