Saham itu sebenarnya apa sih?? Katakanlah dua buah toko kelontong
dari kecil hingga besar ingin membuat sebuah unit usaha yang dinamakan
perusahaan. Nah faktanya kedua toko itu harus menyertakan modal
disetor, memprosesnya, membuat akte pendirian perusahaan atau PT.
Modal yang disetor akan diubah menjadi surat-surat  yang disebut
surat penyertaan. Jadi modal dalam bentuk uang itu diubah menjadi
surat-surat yang penyertaan. Surat penyertaan itu disebut saham.
Ide dasar tentang saham adalah pembagian modal yang dibutuhkan untuk
menjalankan sebuah usaha. Memulai sebuah usaha dari awal tidaklah
mudah, ada resiko-resiko yang harus ditanggung oleh para pemilik modal
dalam menjalankan usahanya. Dengan berbagi penyertaan modal, pada
prinsipnya para pemilik modal juga berbagi resiko sehingga resiko yang
ditanggung oleh masing-masing pemilik modal berkurang secara
proporsional. Pemilik modal yang menyertakan modal lebih besar tentu
menanggung resiko yang lebih besar, sebagai kompensasinya ia akan
menerima keuntungan dengan proporsi lebih besar ketimbang pemilik modal
lainnya. Agar penghitungan proporsi tersebut sah, dibuatlah lembaran
dokumen persetujuan untuk menguatkan hak-hak para pemilik modal, yang
sekarang dikenal sebagai lembaran saham.
Kaum Publican (± 3 SM): Aplikasi Bagi Hasil Pertama di Dunia
Ide tentang pembagian penyertaan modal
dan pembagian keuntungan sudah dikenal sejak lama. Kita dapat
menelusuri sejarah tentang saham hingga zaman Imperium Roma. Pada zaman
tersebut, pemerintah Roma mengontrakkan layanan kepada sekelompok
pengusaha swasta yang disebut kaum publican. Kaum Publican adalah
kontraktor umum yang berperan sebagai penyedia jasa yang dibutuhkan
oleh pemerintah, seperti mengurus persediaan dan logistik militer,
mengelola pajak suatu wilayah atau pelabuhan, dan pengerjaan proyek
pembangunan fasilitas umum.
Sistem yang berlaku dalam penentuan
proyek kepada Kaum Pulican adalah sistem tender, dimana Kaum Publican
memberikan penawaran harga kepada pemerintah. Sebagai contoh adalah
pengelolaan pajak. Wilayah Imperium Roma terbentang luas dari Eropa,
Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada saat itu pemerintah terfokus pada
ekstensi wilayah jajahan dan penguatan militer, namun kekurangan sumber
daya manusia untuk mengumpulkan pajak di wilayah yang luas tersebut,
oleh karena itu pengumpulan pajak diserahkan kepada pihak swasta.
Setiap beberapa tahun pemerintah melakukan lelang untuk pengumpulan
pajak di daerah jajahannya dalam tenggang waktu yang telah ditentukan,
pemenang dari lelang adalah orang yang dapat memberikan penawaran
tertinggi pajak yang dapat dikumpulkan dari daerah tersebut. Pembayaran
pajak kepada pemerintah dilakukan pada akhir tenggang waktu yang
ditentukan, dengan nominal yang diajukan pada saat penawaran. Kaum
publican yang melakukan pengumpulan pajak akan mendapatkan komisi dari
pajak tersebut. Selain itu setiap kelebihan yang diperoleh dari
pengumpulan pajak akan dihitung sebagai keuntungan, sebaliknya jika
pengumpulan pajak ternyata lebih kecil daripada jumlah yang harus
dibayarkan mereka harus menutupi kekurangan tersebut.
Sistem tersebut jelas memberikan resiko
yang besar kepada kaum publican. Oleh karena itu Kaum Publican
didominasi oleh kaum kapitalis yang memiliki modal. Selain itu, mereka
sering membentuk kerjasama dalam melakukan pengumpulan pajak sehingga
resiko yang ditanggung oleh masing-masing orang menjadi lebih kecil.
Perjanjian kerjasama ini disebut "socii" untuk kerjasama yang
melibatkan banyak pihak, dan "particulae" untuk kerjasama yang
melibatkan sedikit pihak. Peran Kaum Publican berangsur-angsur
berkurang setelah Imperium Roma berhenti melakukan ekspansi dan
membenahi sistem birokrasi dalam pemerintahannya.
Stora Kopparberg (850-an s.d. sekarang): Dokumen Saham Pertama di Dunia
Eksploitasi tembaga di Falun, Swedia
dilakukan sejak tahun 850-an oleh dan tambang tembaga mulai beroperasi
sejak 1080 yang dikelola oleh penduduk lokal. Dokumen tertulis pertama
yang menjelaskan tentang tambang tersebut dikenal sebagai Deed of
Exchange tertanggal 16 Juni 1288. Dokumen ini disahkan oleh Raja
Swedia, Magnus Biggerson. Uskup Kepala Uppsala dan tiga uskup lainnya.
Dalam dokumen ini dijelaskan pembagian seperdelapan hasil dari tambang
kepada Peter, seorang Uskup dari Västerås. Pada saat itu
pengelolaan dan administrasi tambang bukan lagi dilakukan secara
parsial oleh penduduk lokal, namun dilakukan oleh sebuah organisasi
yang terorganisir dengan baik. Organisasi tersebut kebanyakan terdiri
dari para Bangsawan Swedia dan pedagang-pedagang dari luar negeri,
terutama pedagang-pedagang dari Lübeck, Jerman Utara yang banyak
berinvestasi dalam pendirian tambang-tambang tersebut.
Dokumen lain yang dapat menggambarkan
kondisi pada waktu itu adalah Charter of Privileges yang dikeluarkan
oleh Raja Magnus Eriksson pada tahun 1347 yang mengatur perihal operasi
tambang di Falun. Raja Magnus Eriksson membentuk organisasi pekerja
tambang yang dikenal sebagai "Bergsmännen" yang artinya manusia
gunung. Raja kemudian menunjuk empatbelas orang dari para pekerja
tersebut untuk duduk dalam Dewan Tambang dan dua diantaranya ditunjuk
menjadi Menteri Urusan Tambang. Tugas dari Menteri Urusan Tambang dan
Dewan Tambang adalah untuk memastikan bahwa tambang tetap beroperasi
sesuai dengan undang-undang.
Swedia menjadi negara superpower pada abad ke-17. Ekonomi Swedia
digerakkan oleh tiga komoditi: tembaga, besi, dan tar, namun tembaga
merupakan faktor yang paling berpengaruh. Sebagian besar hasil tambang
tembaga diekspor ke luar negeri, tembaga Swedia bahkan memainkan
peranan penting di pasar Eropa pada waktu itu. Saham
perusahaan-perusahaan tambang di Swedia menjadi incaran para kaum
kapitalis. Tahun 1616, Raja Gustav II Adolf mengeluarkan undang-undang
yang membatasi jumlah saham yang beredar menjadi 1200 lembar dan jumlah
kepemilikan saham menjadi 75 orang. Pada tahun 1619, perusahaan
tambang pertama didirikan oleh pihak swasta, namun pihak kerajaan tetap
memainkan peranan penting walaupun kepemilikannya dalam perusahaan
tambang telah berkurang. Pada abad ke-18, pamor tembaga mulai meredup.
Perusahaan-perusahaan tambang tembaga mulai beralih pada
pengeksplorasian bijih besi dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan
tambang dan pengolahan besi.
Tahun 1862, seluruh perusahaan tambang
dan tambang-tambang kecil yang dikelola oleh individu bergabung
membentuk sebuah perusahaan swasta, Stora Kopparbergs Bergslag. Hal
tersebut juga menandai akhir pengaruh pihak kerajaan dalam perusahaan
tambang dan pembubaran Kementrian Pertambangan. Pada tahun 1888, Stora
Kopparberg menjadi Aktiebolag (Perusahaan Terbatas milik publik), tiap
lembaran saham yang seluruh berjumlah 1200 lembar dikonversikan menjadi
masing masing menjadi 8 lembar saham senilai 1000 crown Swedia. Hal
tersebut membuat nilai perusahaan menjadi 9,6 juta crown Swedia.
Sejarah mengenai Stora Kopparberg
adalah sejarah mengenai akuisisi dan alih teknologi. Dalam pengelolaan
tambang, perusahaan menyisakan tumpukan kayu hasil pembukaan lahan
untuk pertambangan. Untuk mengoptimalkan kayu tersebut, Stora
Kopparberg mengakuisisi sebuah usaha penggergajian kayu di Skutskär
pada tahun 1885. Pada tahun 1888, perusahaan membangun pembangkit
listrik di Kvarnsveden falls untuk menyuplai kebutuhan listrik
pengolahan baja di Domnarvet, dan pengolahan kertas yang dibangun
belakangan pada tahun 1900. Untuk menambah produksi bijih besinya,
Stora Kopparberg mengakuisisi Gysinge Bruks Aktiebolag (1905),
Söderfors Bruk Aktiebolag (1907), Gammelstilla, Strömsbergs,
Västlands, Hillebola, dan Ullfors (1910-1920).
Pengakuisisian tambang-tambang dan
pengolahan-pengolahan bijih besi tersebut juga meningkatkan suplai
bahan baku untuk penggergajian kayu dan pengolahan kertas yang dimiliki
oleh perusahaan. Pada tahun 1956 produksi tambang besi mencapai 400
ribu ton per tahun, dan produksi hasil hutan mencapai 175 ribu ton per
tahun. Stora Kopparbergs terus mengembangkan sayapnya dengan membangun
pabrik-pabrik di luar negeri. Pada tahun 1984. Stora Kopparbergs
membangun Newton Falls Paper Mill di New York, Amerika, pada tahun yang
sama juga perusahaan mengadopsi nama STORA sebagai identitas
perusahaan.
Sementara produksi tambang mulai
menurun, STORA tetap melakukan merger dengan perusahaan-perusahaan
besar penghasil produk-produk hasil hutan di Eropa. Hingga pada awal
tahun 1990-an, Manajemen STORA memutuskan untuk berfokus kepada
pengolahan produk-produk kehutanan dan mendivestasikan
perusahaan-perusahaan yang tidak terkait dengan produk intinya. Pada
tahun 1998 STORA melakukan merger dengan perusahaan pengolah hasil hutan
dari Finlandia, Enso Oyj, dan berubah nama menjadi Stora-Enso Oyj.
Berpusat di Helsinski, dengan jumlah pegawai lebih dari 46.000 orang,
Stora-Enso Oyj sekarang ini menjadi perusahaan pulp dan kertas terbesar
di dunia dalam konteks kapasitas produksi, kelima terbesar di dunia
dalam konteks pendapatan, sekaligus sebagai perusahaan terbuka tertua di
dunia yang masih beroperasi hingga sekarang. (1)
http://belajarinvestasi.com
No comments:
Post a Comment